Minggu, 01 April 2012 | 12:56 WIB.
BANDARLAMPUNG – Bupati Waykanan Hi. Bustami Zainudin, S.Pd. terus menggelorakan semangat Mulang Tiuh sebagai landasan mewujudkan visi Kabupaten Waykanan sebagai farmer lands (bumi petani). Dengan semangat ini, ia memompa motivasi masyarakat Waykanan untuk membangun kampung halamannya.
’’Jangan ragu untuk memajukan kampung halaman sendiri! Justru ini harus jadi semangat kita sebagai putra daerah. Bagi masyarakat Waykanan, terutama yang ada di perantauan, mari bersama-sama kembali dan berbakti kepada kampung halaman! Gunakan hasil pengetahuan yang selama ini kita dapat untuk mendukung program pembangunan di Bumi Petani,” ujarnya dalam program Bincang-Bincang Bersama Bang Aca di Studio Radar Lampung TV tadi malam.
Secara khusus, orang nomor satu di Waykanan ini meminta masyarakat untuk menghilangkan paradigma yang selama ini melekat terhadap petani. ’’Kita harus membaliknya. Kita harus memahami bahwa petani adalah pekerjaan yang juga menguntungkan. Baik bagi pribadi, keluarga, daerah, hingga republik ini. Apa jadinya bila daerah ini sudah benar-benar tidak ada petani?” tuturnya.
Dalam pandangannya, sektor pertanian dan perkebunan akan bermuara pada kesejahteraan masyarakat bila digarap secara serius. Untuk mewujudkan kondisi ini, tentu peran kaum intelektual sangat dibutuhkan. ’’Bagaimana produktivitas petani bisa tinggi kalau hanya bermodal semangat? Karena itu, pengetahuan dan kemajuan teknologi juga turut berperan. Jadi, mereka yang sudah mempunyai bekal ini silakan mengaplikasikannya demi terwujudnya program Bumi Petani sebagai penjamin kesejahteraan masyarakat Waykanan,” paparnya.
Di hadapan host yang tidak lain Direktur Radar Lampung Group Hi. Ardiansyah, S.H., Bustami menjelaskan bahwa bidang pertanian adalah dunia yang menarik dan menghasilkan banyak keuntungan. ’’Masak iya orang luar aja tertarik untuk berinvestasi pada bidang pertanian di Waykanan, sedangkan penduduk aslinya justru meninggalkan kampung halamannya? Mereka banyak mendirikan pabrik karet dan tebu itu kan bisa untuk kesejahteraan masyarakat juga,” tuturnya.
Hal penting lain untuk mewujudkan program ini adalah sinergisitas pemerintah, pengusaha, dan masyarakat. ’’Asal semua berjalan dengan baik, saya bisa pastikan Waykanan akan menjadi daerah yang kaya. Jadi pemerintah mengambil keuntungan dari pajaknya, pengusaha dari bahan yang dihasilkannya. Sedangkan masyarakat dari pendapatan hasil kerja sama dengan perusahaan itu,” ungkap bupati low profile ini.
Sejauh ini, lanjut Bustami, masyarakat merespons positif program yang ia gulirkan itu. Kini hampir 80 persen lahan tidur mulai dimanfaatkan masyarakat. Bahkan karena tingginya antusias masyarakat, kini lahan garapan semakin sulit didapat.
Untuk mengatasi masalah ini, pihaknya sudah mengusulkan kepada Kementerian Kehutanan (Kemenhut) agar masyarakat dapat ikut mengelola kawasan hutan yang selama ini tidak produktif. ’’Dari sekitar 22 ribu hektare, kami sudah memohon kepada menteri (Menhut) untuk dikelola rakyat. Sekarang sekitar 1.500 hektare sudah diizinkan untuk dikelola masyarakat,” ungkapnya.
Langkah lain yang dilakukan untuk menunjang program ini, Pemkab Waykanan juga menggulirkan program pembagian bibit cuma-cuma kepada pera petani. ’’Kami pun meminta perusahaan yang ada ikut membantu penyediaan bibit ini.
Upaya lain untuk mendukung program itu, Bustami juga menggandeng dunia pendidikan. Yaitu dengan membuka sekolah-sekolah berbasis pertanian dan melakukan kerja sama dengan para ahli pertanian dari berbagai universitas.
Bustami juga mengaku kini tengah menggalakkan tanaman karet. Sebab, lanjutnya, karet lebih menjanjikan dibandingkan menanam jenis kayu yang baru dapat dipanen hingga puluhan tahun. ’’Ujung-ujungnya nanti masyarakat hanya bergantung pada ijon yang membungakan uang. Hingga akhirnya lahan mereka pun turut terjual untuk menutupi utang. Sedangkan bila jika menanam karet, bila sudah memasuki masa panen setiap hari bisa dipanen. Dari setiap hektare pendapatan minimal bisa mencapai Rp2 juta per bulan,” ujarnya.
Dirinya juga berharap agar kata Mulang Tiuh menjadi kata yang biasa digunakan warga Lampung. ’’Saya tidak bermimpi membuat mal yang megah di Waykanan. Saya tidak mimpi membuat yang di luar kemampuan saya. Karena saya anak petani, jadi akan saya buat Waykanan ini sebagai daerah yang maju melalui program Mulang Tiuh guna menyukseskan Bumi Petani,” tegasnya. (sur/c2/fik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar